sebelum gue nemuin artikel ini, gue kira nuklir itu cuma bisa dipakai buat nge-BOOM. ternyata, bisa dipakai di dunia kesehatan juga lho! ga percaya? nih baca hasil copas gue dari salah satu artikel yang gue temuin di perpustakaan Google.
Ilmu Kedokteran Nuklir
adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka berasal
dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan
fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan
diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran. Pada kedokteran Nuklir,
radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien (studi invivo) maupun hanya
direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine
da sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai studi
in-vitro (dalam gelas percobaan).
Pada studi in-vivo,
setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui mulut atau
suntikan atau dihirup lewat hidung dan sebagainya maka informasi yang dapat
diperoleh dari pasien dapat berupa:
1.
Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang dapat
diperoleh dengan bantuan peralatan yang disebut kamera gamma ataupun kamera
positron (teknik imaging)
2.
Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh
tertentu dan angka-angka yang menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ
atau bagian tubuh tertentu disamping citra atau gambar yang diperoleh dengan
kamera gamma atau kamera positron.
3.
Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah,
urine dsb) yang diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang
dirangkaikan pada detektor radiasi (teknik non-imaging).
Data yang diperoleh
baik dengan teknik imaging maupun non-imaging memberikan informasi mengenai
fungsi organ yang diperiksa. Pencitraan (imaging) pada kedokteran nuklir dalam
beberapa hal berbeda dengan pencitraan dalam radiologi.
Pada studi in-vitro,
dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan biologis misalnya 1 ml darah.
Cuplikan bahan biologis tersebut kemudian direaksikan dengan suatu zat yang
telah ditandai dengan radioisotop. Pemeriksaannya dilakukan dengan bantuan
detektor radiasi gamma yang dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studi
semacam ini biasanya dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon-hormon
tertentu dalam darah pasien seperti insulin, tiroksin dll.
Pemeriksaan kedokteran
nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnosis berbagai penyakitseperti
penyakit jantung koroner, penyakit kelenjar gondok, gangguan fungsi ginjal,
menentukan tahapan penyakit kanker dengan mendeteksi penyebarannya pada tulang,
mendeteksi pendarahan pada saluran pencernaan makanan dan menentukan lokasinya,
serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan
teknologi nuklir yang pada saat ini berkembang pesat.
Disamping membantu
penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga berperanan dalam terapi-terapi
penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar gondok, hiperfungsi kelenjar gondok
yang membandel terhadap pemberian obat-obatan non radiasi, keganasan sel darah
merah, inflamasi (peradangan)sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan
terapi obat-obatan biasa. Bila untuk keperluan diagnosis, radioisotop diberikan
dalam dosis yang sangat kecil, maka dalam terapi radioisotop sengaja diberikan
dalam dosis yang besar terutama dalam pengobatan terhadap jaringan kanker
dengan tujuan untuk melenyapkan sel-sel yang menyusun jaringan kanker itu.
Di Indonesia,
kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir tahun 1960an, yaitu setelah reaktor
atom Indonesia yang pertama mulai dioperasikan di Bandung. Beberapa tenaga ahli
Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri merintis pendirian suatu
unit kedokteran nuklir di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir di
Bandung. Unit ini merupakan cikal bakal Unit Kedokteran Nuklir RSU Hasan
Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Menyusul kemudian
unit-unit berikutnya di Jakarta (RSCM, RSPP, RS Gatot Subroto) dan di Surabaya
(RS Sutomo). Pada tahun 1980-an didirikan unit-unit kedokteran nuklir berikutnya
di RS sardjito (Yogyakarta) RS Kariadi (Semarang), RS Jantung harapan Kita
(Jakarta) dan RS Fatmawati (Jakarta). Dewasa ini di Indonesia terdapat 15 rumah
sakit yang melakukan pelayanan kedokteran nuklir dengan menggunakan kamera
gamma, di samping masih terdapat 2 buah rumah sakit lagi yang hanya
mengoperasikan alat penatah ginjal yang lebih dikenal dengan nama Renograf
PEMANFAATAN TEKNIK NUKLIR DI LUAR KEDOKTERAN NUKLIR
Di luar kedokteran
nuklir, teknik nuklir masih banyak memberikan sumbangan yang besar bagi
kedokteran serta kesehatan, misalnya:
1. TEKNIK PENGAKTIVAN NEUTRON
Teknik nuklir ini
dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral tubuh terutama untuk
unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil
(Co,Cr,F,Fe,Mn,Se,Si,V,Zn dsb) sehingga sulit ditentukan dengan metoda
konvensional. Kelebihan teknik ini terletak pada sifatnya yang tidak merusak
dan kepekaannya sangat tinggi. Di sini contoh bahan biologik yang akan
idperiksa ditembaki dengan neutron.
2. PENENTUAN KERAPATAN TULANG DENGAN BONE DENSITOMETER
Pengukuran kerapatan
tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi gamma atau
sinar-x. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar-x yang diserap oleh
tulang yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium dalam
tulang. Perhitungan dilakukan oleh komputer yang dipasang pada alat bone
densitometer tersebut. Teknik ini bermanfaat untuk membantu
mendiagnosiskekeroposan tulang (osteoporosis) yang sering menyerang wanita pada
usia menopause (matihaid) sehingga menyebabkan tulang muda patah.
3.THREE DIMENSIONAL CONFORMAL RADIOTHERAPHY (3D-CRT)
Terapi Radiasi dengan
menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat pembangkit radiasi telah lama
dikenal untuk pengobatan penyakit kanker. Perkembangan teknik elektronika maju
dan peralatan komputer canggih dalam dua dekade ini telah membawa perkembangan
pesat dalam teknologi radioterapi. Dengan menggunakan pesawat pemercepat
partikel generasi terakhir telah dimungkinkan untuk melakukan radioterapi kanker
dengan sangat presisi dan tingkat keselamatan yang tinggi melalui kemampuannya
yang sangat selektif untuk membatasi bentuk jaringan tumor yang akan dikenai
radiasi, memformulasikan serta memberikan paparan radiasi dengan dosis yang
tepat pada target. Dengan memanfaatkan teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985
telah berkembang metoda pembedahan dengan menggunakan radiasi pengion sebagai
pisau bedahnya (gamma knife). Dengan teknik ini kasus-kasus tumor ganas yang
sulit dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi dapat diatasi dengan
baik oleh pisau gamma ini, bahkan tanpa perlu membuka kulit pasien dan yang
terpenting tanpa merusak jaringan di luar target